PENDAHULUAN
Tanah Kanaan merupakan tujuan dari
orang Israel setelah keluaran (peristiwa eksodus), walaupun Allah menciptakan
seluruh dunia (Maz 95:4; Yesaya 40:28), namun Allah telah menentukan suatu
tanah yang khusus bagi orang yang khusus yaitu bagi keturunan Abraham (Kej
12:2; Ul 26:5) tanah Kanaan. Israel masuk ke tanah Kanaan, menetap dan
berkembang disitu; Ia menjadi suatu bangsa diatas tanahnya sendiri.
Tanah Kanaan adalah tanah
perjanjian. Tanah Kanaan adalah tanah yang kudus, oleh karena itu hidup di
tanah Kanaan tersebut menuntut suatu cara hidup yang kudus pula. Hidup dalam
kekudusan yang dimaksud tersebut adalah hidup di dalam hubungan yang erat
dengan Allah sebagai pemilik tanah.
Tuhan
telah memberikan kepada umat Israel tanah Kanaan menjadi tempat kediaman dan
milik pusaka bersama, sesuai dengan janji-Nya kepada bapa leluhur mereka
dahulu. Peristiwa pemberian ini merupakan satu pokok puji-pujian, dasar
kepercayaan dan pengharapan bagi Israel, namun juga satu amanat untuk
menguduskan hidup sebagai umat Tuhan didalam tanah milik Tuhan sendiri. Ketika
Allah membawa umat-Nya keluar dari Mesir, tempat perbudakan itu, Ia hendak
mengantarkannya pada suatu negeri yang baik,dimana orang-orang itu dapat
bermukim, beribadah, dan berkembang.
Dalam makalah ini, akan diuraikan
secara lebih jelas mengenai Allah yang telah memberi Israel tanah Kanaan.
A. PERSIAPAN
MASUK KE KANAAN (TANAH PERJANJIAN)
Berabad-abadsebelumnya, Allah telahmengadakanperjanjiandengan Abraham
untukmemberikantanahKanaankepadaketurunannya.JanjiinidiulangideganIshakdanYakubdiperbaruidengan
Musa, diulangikembalidengan Israel di padanggurun,
dansekalilagiketikaYosuadiperintahkanuntukmemimpinmerekamenyebrangisungaiYordan.
Allah berjuanguntuk Israel danmemberimerekakemenangan.Allah berjanjiuntukmenyingkirkanparapenghunitanahitudarihadapan
Israel (Yos. 13:2-6a).tentangdaerah yang telahdirebut. Iamengatakan,
‘’Bagi-bagikanlahdaerahitukepadabangsa Israel sebagaitanahpusaka’’.[1]
Meskipun Allah
telah menjanjikan Kanaan bagi bangsa Israel, namun tanah itu masih harus
diperjuangkan (Bil 1:3). Bangsa yang telah dipilih Allah ini, masih harus
belajar mengenai kepatuhan dan kepercayaan.
Memang
jauh sebelum zaman Yosua, ada kelompok-kelompok suku Ibrani yang sudah mulai menduduki
tanah Kanaan. Ketika kelompok yang dibawah pimpinan Yosua itu masuk, suku-suku
Ibrani yang datang lebih awal berada dalam transisi dan pola kehidupan
semi-nomadis ke pola kehidupan berdasarkan pertanian.[2]
Sesudah
pengikatan perjanjian dengan Tuhan Allah, umat Israel bersiap-siap untuk
berangkat dari Sinai. Kitab Bilangan menceritakan riwayat perjalanan Israel
dari Sinai sampai ke Perbatasan Kanaan.[3]Pasal-pasal
pertama dalam Kitab Bilangan memberikan tanda-tanda akan kehadiran serta
perhatian Allah terhadap bangsa Israel. Tanda
pertama ialah berkat termashyur. Harun diperintahkan untuk mengatakannya
kepada bangsa Israel dalam (Bil 6: 22-27). Berkat ini terdiri dari 3 bagian :
Yang pertama, Tuhan memberi jaminan dasar bagi kehidupan dan kebutuhan hidup.
Kedua, Tuhan itu pengasih. Ia menjanjikan kehadiran-Nya secara pribadi. Dan
yang terakhir, Tuhan menghadapkan wajah-Nya dan memberikan damai sejahtera. Tanda kedua dari kehadiran Allah adalah
tiang awan dan tiang api yang membimbing mereka dalam perjalanan, dan merupakan
tanda bagi perintah Allah kepada mereka untuk berangkat atau berkemah (Bil
9:15-23). Tanda ketiga Allah menunjuk
tujuh puluh tua-tua untuk mengatur bangsa itu bersama-sama dengan Musa (Bil
11:24-27).
Sekalipun
ada jaminan-jaminan ini, segera setelah perjalanan dimulai, mereka mengeluh
mengenai makanan, air dan daging. Allah menjawab dan memberi mereka makanan dan
para nabi yang akan memberi mereka firman Allah. Namun, meskipun jumlah mereka
banyak dan Allah hadir ditengah-tengah mereka, mereka gemetar mendengar laporan
dari para pengintai (Bil 13) dan tidak mempercayai perkataan Yosua dan Kaleb.
Karena ketidakpercayaan itu, mereka dihukum untuk mengembara selama empat puluh
tahun. Hanya anak-anak merekalah yang akan melihat negeri itu, anak-anak yang
kecil dan lemah dan dianggap akan menjadi tawanan – yang diperbolehkan masuk
kenegeri itu (Bil 14:31).
Pengalaman
dipadang gurun menjadi bagian penting dari keinsyafan diri bangsa Israel.
Padang gurun menuntut penyerahan diri tanpa syarat dan mengharuskan mereka
untuk bergantung setiap saat kepada Allah. Pengalaman itu juga menempatkan satu
tuntutan mutlak yang secara terus menerus diingatkan kepada mereka bahwa bangsa
Israel akan menang hanya ketika Allah berkehendak kemenangan itu terjadi.
B. TUHAN
SEBAGAI PAHLAWAN PERANG
Sebelum pembebasan, ketika dikejar tentara Mesir, Musa
mengatakan : “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari
Tuhan, yang akan diberikan hari ini kepadamu; sebab orang mesir yang kamu lihat
hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. Tuhan akan berperang
untuk kamu, dan kamu akan diam saja” (Kel 14:13-14). Ketika Israel diserang oleh
suku Amalek digurun, Yosua disuruh menghadapi mereka dan berkat tindakan Tuhan,
Ia mengalahkan mereka sehingga Musa mengambil kesimpulan dan berseru, “Tangan
diatas panji-panji Tuhan! Tuhan berperang melawan Amalek turun-temurun” (Kel 17:15;
apa yang dimaksudkan dengan panji tidak diketahui. Namun, tampaknya yang
dimaksudkan itu adalah lambang kehadiran Allah).
Tanah
Kanaan jatuh ketangan bangsa Israel hanya karena Tuhan sendiri yang bertindak.
Musa mengatakan, “Tuhan, Allahmu, yang berjalan didepamu. Dialah yang akan
berperang untukmu sama seperti yang dilakukan-Nya bagimu di Mesir, di depan
matamu, dan di padang gurun, di mana engkau melihat bahwa Tuhan, Allahmu,
mendukung engkau (Ul 1:30-31).[4]
Kanaan
adalah negeri yang baik (hal ini sering diulang dalam Kitab Ulangan) dengan
persediaan yang besar untuk keperluan mereka, walaupun kebaikannya digambarkan
sebagai sebuah ungkapan langsung dari rahmat Allah (Ul 11:10-12) –begitu
limpahnya sehingga diperkirakan tidak akan ada orang miskin diantara mereka (Ul
15:4), jika bangsa Israel dengan setia bertanggung jawab atas berkatnya.
Singkatnya, Kanaan merupakan negeri dimana Allah akan memberi mereka rasa aman
dari musuh-musuh mereka (Ul 3:22; Ul 12:10).[5]
Negara
Kanaan secara kasar setara dengan Palestina masa kini. Bagian dataran pantai
ada di sepanjang Laut Tengah, dipisahkan oleh gunung Karmel. bagian pusat
terdiri dari Galilea san daerah berbukit: Samaria dan Yudea. Kearah Barat
adalah Lembah Yordan; sumber sungai itu terletak di kaki gunung Hermon, kira-kira
200m di atas permukaan laut. Danau Huleh, masih 68m di atas permukaan laut,
sedangkan danau Tiberias, kira-kira 15km dihilirnya, terletak pada ketinggian
212m di bawah permukaan laut dan mengalir kelaut mati, 392m di bawah permukaan
laut.[6]
C. PEMBERIAN
TANAH KANAAN DAN TEMPATNYA DALAM KEPERCAYAAN ISRAEL
Tuhan
telah memberikan kepada umat Israel tanah Kanaan menjadi tempatkediaman dan
milik pusaka bersama, sesuai dengan janji-Nya kepada bapa leluhur mereka
dahulu. Peristiwa pemberian ini merupakan satu pokok puji-pujian, dasar
kepercayaan dan pengharapan bagi Israel, namun juga satu amanat untuk
menguduskan hidup sebagai umat Tuhan didalam tanah milik Tuhan sendiri. Ketika
Allah membawa umat-Nya keluar dari Mesir, tempat perbudakan itu, Ia hendak
mengantarkannya pada suatu negeri yang baik,dimana orang-orang itu dapat
bermukim, beribadah, dan berkembang.[7]
Pemberian
tanah Kanaan merupakan tema kepercayaan Israel yang tidak dapat dipisahkan
dengan tema Keluaran dari Mesir. Yer. 32: 21-22, dengan jelas menggambarkan hal
ini : “ Engkau telah membawa umat-Mu Israel keluar dari tanah Mesir dengan
tanda-tanda dan mujizat-mujizat, dengan tangan yang kuat dan lengan yang
teracung dan dengan kedahsyatan yang besar. Dan Engkau telah memberikan kepada
mereka negeri ini, seperti yang Kau telah janjikan dengan sumpah kepada nenek
moyang mereka, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya”.[8]
D. PEMBERIAN
DAN PENDUDUKAN TANAH KANAAN
Tuhan memberikan tanah Kanaan kepada
umat-Nya. Dibawah pimpinan Yosua, kedua belas suku masuk bersama dan
masing-masing menerima bagiannya; semuanya merelakan dirinya untuk melayani
Tuhan.[9]Dalam
kitab Yosua ditemukan riwayat sejarah bangsa Israel, mulai dari kematian Musa
sampai dengan kematian penggantinya: Yosua. Yosua lahir di Mesir, dalam
perjalanan menuju Kanaan, Yosua menjadi rekan Musa (Kel. 17:8-16, 24:13). Ia
salah seorang pengintai yang disuruh Musa meneliti tanah Kanaan dan dia kembali
dengan laporan yang menyatakan imannya (Bil. 14:16-19). dengan pengalaman dan
iman demikian, Yosua sangat cocok untuk menjadi pengganti Musa (Yos. 1:2, 6
BIS). [10]
Zaman Yosua adalah zaman masuknya Israel ke dalam negeri di sebelah barat
sungai Yordan. itu berarti bahwa zaman ini adalah zaman perjuangan.[11]
Pendudukan
yang dipimpin Yosua dimulai dari perkemahan di Sitim, ditepi timur Sungai
Yordan. Mereka menyeberangi Sungai Yordan didekat kota Yerikho dan mendirikan
perkemahan di Gilgal. Lokasi Gilgal itu tidak diketahui lagi dengan tepat,
hanya letaknya disebelah timur Yerikho (Yos 4:19). Yerikho adalah kota pertama
di Kanaan yang diserang dan ditaklukkan orang-orang Israel sesudah mereka
menyeberangi Sungai Yordan. Tembok-temboknya runtuh dengan tiba-tiba, mungkin
diakibatkan oleh peristiwa gempa bumi yang waktu dan tempatnya diatur secara
ajaib oleh Tuhan (Yos 6:20). Kota itu dimusnahkan, tetapi tidak diduduki (ay
24,26), sesuai dengan strategi Yosua untuk menaklukan kota-kota yang terpenting
dengan bantuan seluruh umat Israel sebelum suku-suku diberi tempat
masing-masing untuk berdiam. Dengan demikian, perkemahan di Gilgal itu
merupakan satu-satunya tempat kediaman orang Israel hingga selesainya penaklukan.
Sesudah
mukjizat yang terjadi di Yerikho, orang Israel merebut dan memusnahkan kota Ai,
meski serangan pertama gagal karena dosa Akhan yang tidak taat kepada peraturan
perang suci (Yos 7-8). Kota Betel, hanya beberapa kilometer disebelah barat Ai,
juga direbut mereka (Yos 12:16; Hak 1:22-26). Kabar tentang
kemenangan-kemenangan Israel tersebar dengan pesat dan penduduk Gibeon menjadi
begitu takut hingga mereka menipu Yosua serta orang Israel untuk berdamai
dengan mereka (Yos 9).
Selanjutnya
orang Israel berperang melawan suatu persekutuan kota-kota dan berhasil
menaklukan enam kota di Kanaan selatan, yakni Makeda, Libna, Lakhis, Eglon,
Hebron, dan Debir (Yos 10). Dengan kemenangan itu, Yosua sudah menguasai daerah
yang luas dibagian selatan tanah perjanjian, karena dua kota lagi didaerah itu,
Horma dan Arad sudah ditaklukan sebelum orang Israel memulai perjalanan mereka
mengelilingi Edom dan Moab (Lih Bil 21: 1-3; Hak 1:16-17).
Akhirnya
orang Israel mendapat kemenangan diwilayah utara juga dengan menaklukan Hazor,
disebelah utara Danau Galilea, yang mengakibatkan kehancuran persekutuan
raja-raja yang dipimpin Yabin, Raja Hazor (Yos 11).
Demikianlah
jalannya pendudukan Kanaan menurut laporan Alkitab. Dalam Yosua 12 dinyatakan
bahwa orang-orang Israel telah mengalahkan raja-raja negeri itu sebanyak 31
orang. Namun demikian, mereka tidak selalu berhasil. Dari Yos 13:1-7 ternyata
ada banyak daerah di Kanaan yang belum diduduki sampai waktu tanah itu
dibagikan kepada suku-suku Israel. Lagi pula dalam Hak 1:27-33 diakui dengan
lebih tegas bahwa beberapa suku gagal dalam usaha mengeluarkan penduduk asli
dari daerah mereka, malahan mereka menetap saja diantara penduduk asli itu. Hal
itu mengakibatkan penyembahan berhala dan campuran agama (sinkretisme) yang merajalela
pada zaman para hakim.[12]
Kanaan
dipandang sebagai suatu negeri, satu “milik pusaka” pemberian Tuhan (bnd Yos
14:1; 18:20; 19:51). Termasuk didalamnya daerah yang luas dan kota-kota yang
belum direbut (Yos 13:2-7).
Israel
dipandang sebagai satu umat yang bersatu padu. Milik pusaka yang dibagi-bagi
kepada tiap-tiap suku itu memang penting. Namun, bukan kepentingan suku-suku
itu yang paling utama, melainkan pembagian tanah kepada suku-suku sebagai
anggota satu umat itulah yang mendapat tekanan utama (Yos 13:14; 18:10 dst).
Satu
keputusan yang penting itu niscaya terjadi pada satu waktu. Yosua sudah tua,
sebentar lagi ia akan meninggal dunia, maka pembagian itu harus dikerjakan
dengan segera. Negeri yang belum diduduki (Yos 13:1-7), negeri disebelah timur
Yordan yang sebenarnya sudah dibagi-bagikan oleh Musa (Yos 13:8-33), negeri
milik pusaka suku-suku Yusuf, Efraim dan Manasye (Yos 11-17) dan suku-suku
lainnya disebelah barat Yordan (Yos 18-19), semuanya harus dibagi-bagi secepat
mungkin (Yos 18:3). Seakan-akan, apa yang tidak dibagi-bagi selagi Yosua hidup,
tidak akan menjadi milik yang sah untuk seterusnya.[13]
E. KANAAN,
TANAH MILIK YANG PERMAI
Allah
kita kenal pada jalan Israel, sebuah jalan mencari, lalu menemukan, dan kerap
kali harus kehilangan lagi; sebuah perjuangan yang didalamnya Allah Israel
selalu lebih memperkenalkan sifat-Nya. Dalam Iman, Israel sangat ditekankan
keesaan Allah. Allah ini adalah satu-satunya dan Ia adalah unik.[14]
Dalam
pemahaman Israel mengenai diri mereka sebagai umat perjanjian Allah, tidak ada
yang lebih utama daripada negeri yang dijanjikan. Allah sudah menjanjikan
sebuah negeri kepada Abraham, kendaripun itu tidak menjadi milik keluarganya
selama hampir empat abad (Kej. 15:13-21). Penyerahan ne geri tersebut ke tangan Israel menjadi pusat perhatian Kitab
Yosua. Sejak itu untuk selama-lamanya negeri tersebut dipandang dalam sejarah
dan sastra Israel sebagai bukti bahwa Allah sudah memilih mereka sebagai umat
perjanjian-Nya dan melimpahkan kebaikan-Nya atas mereka. pada waktu
pelanggaran-pelanggaran Israel kepada Tuhab harus di hukum, maka hukuman
terburuk yang dapat disampaikan oleh para nabi adalah ancaman pembuangan dari
negeri itu. demikian pula harapan akan pemulihan dan kendatipun di masa depan telah
ditetapkan dalam janji bahwa TUHAN akan mengumpulkan Israel kembali ke negeri
yang dijanjikan itu.[15]
Tuhan memberikan hak tinggal dan hak
pakai tanah kepada umat-Nya, tetapi Ia tetap Pemiliknya, yang mengaruniakan
berkat keamanan dan kesuburan.
Orang
Israel sadar bahwa walaupun dialah yang menabur, menanam, dan menyiangi, tetapi
tetap Tuhanlah yang memberikan pertumbuhan. Sama seperti hari ketujuh
dikuduskan bagi Tuhan, demikian juga pada tahun yang ketujuh ladang jangan
dibajak dan ditabur atau buah kebun dipetik “supaya orang miskin dari antara
bangsamu mendapat bagian” (Kel 23:10-11). Dari tujuan itu dapat disimpulkan
bahwa setiap tahun, petani membiarkan sepertujuh tanah dan kebunnya
beristirahat.
Bukan
hanya tanah yang harus dibebaskan setelah dipakai 6 tahun lamanya, manusia yang
pernah jatuh kedalam kemiskinan dan menjual diri/anggota keluarganya pun
dibebaskan (Kel 21:2). Kesejajaran antara pembebasan tanah dan manusia
ditingkakan lagi dalam tahun Yobel. Setelah 7 kali 7 tahun (pada tahun ke-49
atau ke-50), tanah yang terpaksa dijual oleh keluarga miskin itu dikembalikan
kepada pemilik pertama atau kepada anaknya. Dengan kata lain, orang Israel
tidak dapat menjual tanah, tetapi hanya menggadaikannya sampai pada tahun Yobel
yang berikut. Demikian juga harganya ditentukan menurut jumlah tahun yang masih
ada sebelum tahun Yobel itu (Im 28:8-17).
Tuhan
yang mengaruniakan tanah juga memberikan “aturan pakai” sedemikian rupa
sehingga tidak ada keluarga kaya yang makin kaya dan keluarga miskin yang makin
miskin. Sesudah 50 tahun, keluarga yang paling malang pun dapat mulai baru
dengan modal tanahnya. Itu sebabnya para nabi menegur setajam-tajamnya orang
kaya yang menyita tanah. Penindasan atas orang miskin dengan menyita tanah
garapannya menyebabkan seluruh negeri itu lepas dari tangan Israel.
Janji
Tuhan merupakan tema yang merangkai cerita-cerita leluhur. Di samping tanah,
janji keturunan (Kej 15:1-6; 17:5,16; 18:10, 14; 22:17; 26:4; 28:14) dan janji
berkat (Kej 12:2-3; 18:18; 26:4; 28:14; bnd Kel13:32) memainkan peran yang
penting. Melebihi tanah, keturunan, dan berkat, Allah menjanjikan diri-Nya dan
kehadiran-Nya. Namun, tidak dapat disangkal bahwa janji akan tanahlah yang
paling menonjol.
F. NEGERI
TEMPAT PEMBINAAN UMAT
Ditanah
Kanaan umat hendak mengingat bimbingan Tuhan dengan beribadah kepada-Nya. Ia
boleh menggunakan unsur budaya setempat asalkan ia tidak mengikuti dewa-dewi
negeri dewa-dewi itu. Ia pun belajar menghayati persekutuan sebagai saudara
yang saling menolong.
Di
Kanaan Israel diberikan kesempatan untuk bertambah dewasa. Ketika Tuhan
membebaskan sekelompok pekerja rodi dari Mesir, Ia mengangkat mereka menjadi
anak-Nya. Ketika Ia mengikrarkan perjanjian, ia mengangkat Israel menjadi
umat-Nya dan Ia menjadi Allah mereka. Di padang gurun dan pada pemberian tanah,
Tuhan terus-menerus bertindak dengan kuasa untuk menyelamatkan Israel dari
maut.
Setelah
suku-suku Israel berakar di Kanaan, mereka menerima berkat ilahi mereka menabur
dan Tuhan memberikan pertumbuhan hingga penuaian. Mereka menanan pohon dan
Tuhan memberikan buah. Ia pun memberkati rumah tangga mereka dengan putra-putri
dan kandang dengan anak-anak hewan.
Dalam
situasi yang baik itu, umat Israel hendak mengingat dan merenungkan, baik
tindakan penyelamatan Tuhan dimasa lampau, baik berkat-Nya yang sedang
dinikmati sehingga mereka mengucap syukur dan memelihara Taurat yang Tuhan
berikan sebagai petunjuk hidup. Yang paling berbahaya dalam situasi ini adalah
melupakan Tuhan yang memerdekakan umat-Nya dan memberikan perintah-perintah-Nya,
serta akhirnya mengikuti ilah-ilah lain.
Israel
telah memutuskan dan berikrar bahwa “kami akan beribadah kepada TUHAN”.
Keputusan ini diambilnya dengan sukarela dengan kesadaran penuh. Pemberian
tanah Kanaan di pakai TUHAN sebagai alat yang dengannya Ia membina Israel untuk
beribadah kepada-Nya. Di dalam hal beribadah ini terkandung rahasia kebahagiaan, inti segala berkat yang
hendak dilimpahkan kepada umat-Nya – berkat berupa keamanan terhadap
berbagai-bagai ancaman dan bahaya dari luar, rezeki yang cukup dan damai
sentosa untuk berkembang biak sesuai dengan janji TUHAN.[16]
KESIMPULAN
Pemahaman
Israel mengenai diri mereka sebagai umat perjanjian Allah, tidak ada yang lebih
utama daripada negeri yang
dijanjikan. Allah sudah menjanjikan sebuah negeri kepada Abraham. Penyerahan
negeri tersebut ke tangan Israel menjadi pusat perhatian kitab Yosua. sejak itu
untuk selama-lamanya negeri tersebut dipandang dalam sejarah dan sastra
Israelsebagai bukti bahwa Allah sudah memilih mereka sebagai umat perjanjian-Nya
dan melimpahkan kebaikan-Nya atas mereka.
Peristiwa
yang terpenting selama masa ini ialah pendudukan Kanaan oleh bangsa Israel,
yang dipimpin Allah dengan perantaraan Yosua. Mereka menyeberangi Sungai Yordan
untuk memasuki tanah yang dijanjikan Allah itu (Yos. 3-4), kemudian merebut
Yerikho (Yos. 6) dan beberapa kota lainnya. Semuanya itu dimungkinkan bukan
karena kekuatan atau kepandaian orang Israel sendiri, melainkan karena kuasa
Allah sesuai dengan janji-Nya kepada Yosua (Yos. 1:9)
Dalam
perjalanan bangsa Israel memperlihatkan kekuasaan TUHAN yang tinggi dalam
campur tangan sejarah dengan maksud untuk melaksanakan rencana-Nya dan
menggenapi janji-Nya. Peristiwa Keluaran dan penaklukan menggambarkan
demonstrasi akbar pertama dari kemahakuasaan Allah dalam sejarah Israel. Apa
yang sudah dijanjikan-Nya pada seorang imigran yang mengadakan perjalanan ke
Kanaan dan membina sebuah keluarga kecil, yang meninggalkan negeri itu sekitar
dua generasi kemudian telah menjadi kenyataan.
ANALISA
KRITIS
Bangsa
Israel sebagai bangsa pilihan Allah mendapat kesempatan untuk memasuki tanah
Kanaan. Ketika Allah mengadakan perjanjian, saat itu juga Allah berkenan
menyertai mereka. Meski Allah sempat kecewa dengan angkatan yang pertama karena
ketidakpercayaan mereka terhadap kuasa Allah, namun pada angkatan berikutnya,
Allah berhehendak atas mereka bahkan berperang untuk mereka. Mengapa Allah
tetap merealisasikan janji-Nya terhadap Bangsa Israel meskipun mereka
seringkali jatuh-bangun dalam hal keteguhan iman percaya mereka?
Janji
Allah tidak sama dengan janji manusia yang hari ini berlaku namun esok bisa
saja berubah. Allah terus menepati janji-Nya sejak awal bangsa ini keluar dari
tanah Mesir sampai kepada tanah Kanaan yang berlimpah susu dan madu. Tantangan
yang dihadapi bangsa Israel sejak perjalanan dipadang gurun, memberi harapan
besar bagi Allah, akan perubahan sikap yang lebih baik dari angkatan yang
pertama.
DAFTAR PUSTAKA
LembagaAlkitab Indonesia
Barth
Christoph,dkk,
Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPKGunung Mulia, 2010)
Bart. C, Teologi Perjanjian Lama II, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1985)
cet k II
BakerDavid
L. Mari
Mengenal PERJANJIAN LAMA, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2013)
Baker
David L, John J Bimson, Mari
Mengenal ARKEOLOGI ALKITAB, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2011)
CharpentieEtienne
r, Bagaimana
Membaca Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2009)
DyressWilliam A, Agar
BumiBersukacita,
(Jakarta: BPKGunung
Mulia, 2004)
Hill
Andrew E, John H
Walton, Survey Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2008)
Lasor. W. S, dkk, PengantarPerjanjian
Lama I, TauratdanSejarah, (Jakarta: BPK
GunungMulia, 1999)
Rowley H H,
Ibadat
Israel Kuno, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004)
VeldhuisHeri, Ku Tahu yang Kupercaya, (Jakarta:
BPKGunung
Mulia,2010)
Vriezen Th. C,Agama Israel Kuno, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2006)
[1]W.S. Lasor, dkk, PengantarPerjanjian
Lama I, TauratdanSejarah, (Jakarta: BPK GunungMulia, 1999) hh. 294-295
[12]
David L Baker, John J Bimson, Mari Mengenal ARKEOLOGI ALKITAB, (Jakarta: BPKGunung Mulia
2011) hh. 107-108
jadi kalau sekarang itu tanah KANAAN yg mana mana saja ya..
BalasHapus