Minggu, 23 November 2014

TEOLOGI PL II "ALLAH MEMBERI ISRAEL TANAH KANAAN"



PENDAHULUAN
            Tanah Kanaan merupakan tujuan dari orang Israel setelah keluaran (peristiwa eksodus), walaupun Allah menciptakan seluruh dunia (Maz 95:4; Yesaya 40:28), namun Allah telah menentukan suatu tanah yang khusus bagi orang yang khusus yaitu bagi keturunan Abraham (Kej 12:2; Ul 26:5) tanah Kanaan.  Israel masuk ke tanah Kanaan, menetap dan berkembang disitu; Ia menjadi suatu bangsa diatas tanahnya sendiri.
            Tanah Kanaan adalah tanah perjanjian. Tanah Kanaan adalah tanah yang kudus, oleh karena itu hidup di tanah Kanaan tersebut menuntut suatu cara hidup yang kudus pula. Hidup dalam kekudusan yang dimaksud tersebut adalah hidup di dalam hubungan yang erat dengan Allah sebagai pemilik tanah.
            Tuhan telah memberikan kepada umat Israel tanah Kanaan menjadi tempat kediaman dan milik pusaka bersama, sesuai dengan janji-Nya kepada bapa leluhur mereka dahulu. Peristiwa pemberian ini merupakan satu pokok puji-pujian, dasar kepercayaan dan pengharapan bagi Israel, namun juga satu amanat untuk menguduskan hidup sebagai umat Tuhan didalam tanah milik Tuhan sendiri. Ketika Allah membawa umat-Nya keluar dari Mesir, tempat perbudakan itu, Ia hendak mengantarkannya pada suatu negeri yang baik,dimana orang-orang itu dapat bermukim, beribadah, dan berkembang.
            Dalam makalah ini, akan diuraikan secara lebih jelas mengenai Allah yang telah memberi Israel tanah Kanaan.

A.   PERSIAPAN MASUK KE KANAAN (TANAH PERJANJIAN)
Berabad-abadsebelumnya, Allah telahmengadakanperjanjiandengan Abraham untukmemberikantanahKanaankepadaketurunannya.JanjiinidiulangideganIshakdanYakubdiperbaruidengan Musa, diulangikembalidengan Israel di padanggurun, dansekalilagiketikaYosuadiperintahkanuntukmemimpinmerekamenyebrangisungaiYordan. Allah berjuanguntuk Israel danmemberimerekakemenangan.Allah berjanjiuntukmenyingkirkanparapenghunitanahitudarihadapan Israel (Yos. 13:2-6a).tentangdaerah yang telahdirebut. Iamengatakan, ‘’Bagi-bagikanlahdaerahitukepadabangsa Israel sebagaitanahpusaka’’.[1]
Meskipun Allah telah menjanjikan Kanaan bagi bangsa Israel, namun tanah itu masih harus diperjuangkan (Bil 1:3). Bangsa yang telah dipilih Allah ini, masih harus belajar mengenai kepatuhan dan kepercayaan.
            Memang jauh sebelum zaman Yosua, ada kelompok-kelompok suku Ibrani yang sudah mulai menduduki tanah Kanaan. Ketika kelompok yang dibawah pimpinan Yosua itu masuk, suku-suku Ibrani yang datang lebih awal berada dalam transisi dan pola kehidupan semi-nomadis ke pola kehidupan berdasarkan pertanian.[2]
            Sesudah pengikatan perjanjian dengan Tuhan Allah, umat Israel bersiap-siap untuk berangkat dari Sinai. Kitab Bilangan menceritakan riwayat perjalanan Israel dari Sinai sampai ke Perbatasan Kanaan.[3]Pasal-pasal pertama dalam Kitab Bilangan memberikan tanda-tanda akan kehadiran serta perhatian Allah terhadap bangsa Israel. Tanda pertama ialah berkat termashyur. Harun diperintahkan untuk mengatakannya kepada bangsa Israel dalam (Bil 6: 22-27). Berkat ini terdiri dari 3 bagian : Yang pertama, Tuhan memberi jaminan dasar bagi kehidupan dan kebutuhan hidup. Kedua, Tuhan itu pengasih. Ia menjanjikan kehadiran-Nya secara pribadi. Dan yang terakhir, Tuhan menghadapkan wajah-Nya dan memberikan damai sejahtera. Tanda kedua dari kehadiran Allah adalah tiang awan dan tiang api yang membimbing mereka dalam perjalanan, dan merupakan tanda bagi perintah Allah kepada mereka untuk berangkat atau berkemah (Bil 9:15-23). Tanda ketiga Allah menunjuk tujuh puluh tua-tua untuk mengatur bangsa itu bersama-sama dengan Musa (Bil 11:24-27).
            Sekalipun ada jaminan-jaminan ini, segera setelah perjalanan dimulai, mereka mengeluh mengenai makanan, air dan daging. Allah menjawab dan memberi mereka makanan dan para nabi yang akan memberi mereka firman Allah. Namun, meskipun jumlah mereka banyak dan Allah hadir ditengah-tengah mereka, mereka gemetar mendengar laporan dari para pengintai (Bil 13) dan tidak mempercayai perkataan Yosua dan Kaleb. Karena ketidakpercayaan itu, mereka dihukum untuk mengembara selama empat puluh tahun. Hanya anak-anak merekalah yang akan melihat negeri itu, anak-anak yang kecil dan lemah dan dianggap akan menjadi tawanan – yang diperbolehkan masuk kenegeri itu (Bil 14:31).
            Pengalaman dipadang gurun menjadi bagian penting dari keinsyafan diri bangsa Israel. Padang gurun menuntut penyerahan diri tanpa syarat dan mengharuskan mereka untuk bergantung setiap saat kepada Allah. Pengalaman itu juga menempatkan satu tuntutan mutlak yang secara terus menerus diingatkan kepada mereka bahwa bangsa Israel akan menang hanya ketika Allah berkehendak kemenangan itu terjadi.
B.   TUHAN SEBAGAI PAHLAWAN PERANG
            Sebelum pembebasan, ketika dikejar tentara Mesir, Musa mengatakan : “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikan hari ini kepadamu; sebab orang mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja” (Kel 14:13-14). Ketika Israel diserang oleh suku Amalek digurun, Yosua disuruh menghadapi mereka dan berkat tindakan Tuhan, Ia mengalahkan mereka sehingga Musa mengambil kesimpulan dan berseru, “Tangan diatas panji-panji Tuhan! Tuhan berperang melawan Amalek turun-temurun” (Kel 17:15; apa yang dimaksudkan dengan panji tidak diketahui. Namun, tampaknya yang dimaksudkan itu adalah lambang kehadiran Allah).
            Tanah Kanaan jatuh ketangan bangsa Israel hanya karena Tuhan sendiri yang bertindak. Musa mengatakan, “Tuhan, Allahmu, yang berjalan didepamu. Dialah yang akan berperang untukmu sama seperti yang dilakukan-Nya bagimu di Mesir, di depan matamu, dan di padang gurun, di mana engkau melihat bahwa Tuhan, Allahmu, mendukung engkau (Ul 1:30-31).[4]
            Kanaan adalah negeri yang baik (hal ini sering diulang dalam Kitab Ulangan) dengan persediaan yang besar untuk keperluan mereka, walaupun kebaikannya digambarkan sebagai sebuah ungkapan langsung dari rahmat Allah (Ul 11:10-12) –begitu limpahnya sehingga diperkirakan tidak akan ada orang miskin diantara mereka (Ul 15:4), jika bangsa Israel dengan setia bertanggung jawab atas berkatnya. Singkatnya, Kanaan merupakan negeri dimana Allah akan memberi mereka rasa aman dari musuh-musuh mereka (Ul 3:22; Ul 12:10).[5]
            Negara Kanaan secara kasar setara dengan Palestina masa kini. Bagian dataran pantai ada di sepanjang Laut Tengah, dipisahkan oleh gunung Karmel. bagian pusat terdiri dari Galilea san daerah berbukit: Samaria dan Yudea. Kearah Barat adalah Lembah Yordan; sumber sungai itu terletak di kaki gunung Hermon, kira-kira 200m di atas permukaan laut. Danau Huleh, masih 68m di atas permukaan laut, sedangkan danau Tiberias, kira-kira 15km dihilirnya, terletak pada ketinggian 212m di bawah permukaan laut dan mengalir kelaut mati, 392m di bawah permukaan laut.[6]
C.   PEMBERIAN TANAH KANAAN DAN TEMPATNYA DALAM KEPERCAYAAN ISRAEL
            Tuhan telah memberikan kepada umat Israel tanah Kanaan menjadi tempatkediaman dan milik pusaka bersama, sesuai dengan janji-Nya kepada bapa leluhur mereka dahulu. Peristiwa pemberian ini merupakan satu pokok puji-pujian, dasar kepercayaan dan pengharapan bagi Israel, namun juga satu amanat untuk menguduskan hidup sebagai umat Tuhan didalam tanah milik Tuhan sendiri. Ketika Allah membawa umat-Nya keluar dari Mesir, tempat perbudakan itu, Ia hendak mengantarkannya pada suatu negeri yang baik,dimana orang-orang itu dapat bermukim, beribadah, dan berkembang.[7]
            Pemberian tanah Kanaan merupakan tema kepercayaan Israel yang tidak dapat dipisahkan dengan tema Keluaran dari Mesir. Yer. 32: 21-22, dengan jelas menggambarkan hal ini : “ Engkau telah membawa umat-Mu Israel keluar dari tanah Mesir dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat, dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung dan dengan kedahsyatan yang besar. Dan Engkau telah memberikan kepada mereka negeri ini, seperti yang Kau telah janjikan dengan sumpah kepada nenek moyang mereka, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya”.[8]
D.   PEMBERIAN DAN PENDUDUKAN TANAH KANAAN
            Tuhan memberikan tanah Kanaan kepada umat-Nya. Dibawah pimpinan Yosua, kedua belas suku masuk bersama dan masing-masing menerima bagiannya; semuanya merelakan dirinya untuk melayani Tuhan.[9]Dalam kitab Yosua ditemukan riwayat sejarah bangsa Israel, mulai dari kematian Musa sampai dengan kematian penggantinya: Yosua. Yosua lahir di Mesir, dalam perjalanan menuju Kanaan, Yosua menjadi rekan Musa (Kel. 17:8-16, 24:13). Ia salah seorang pengintai yang disuruh Musa meneliti tanah Kanaan dan dia kembali dengan laporan yang menyatakan imannya (Bil. 14:16-19). dengan pengalaman dan iman demikian, Yosua sangat cocok untuk menjadi pengganti Musa (Yos. 1:2, 6 BIS). [10] Zaman Yosua adalah zaman masuknya Israel ke dalam negeri di sebelah barat sungai Yordan. itu berarti bahwa zaman ini adalah zaman perjuangan.[11]
            Pendudukan yang dipimpin Yosua dimulai dari perkemahan di Sitim, ditepi timur Sungai Yordan. Mereka menyeberangi Sungai Yordan didekat kota Yerikho dan mendirikan perkemahan di Gilgal. Lokasi Gilgal itu tidak diketahui lagi dengan tepat, hanya letaknya disebelah timur Yerikho (Yos 4:19). Yerikho adalah kota pertama di Kanaan yang diserang dan ditaklukkan orang-orang Israel sesudah mereka menyeberangi Sungai Yordan. Tembok-temboknya runtuh dengan tiba-tiba, mungkin diakibatkan oleh peristiwa gempa bumi yang waktu dan tempatnya diatur secara ajaib oleh Tuhan (Yos 6:20). Kota itu dimusnahkan, tetapi tidak diduduki (ay 24,26), sesuai dengan strategi Yosua untuk menaklukan kota-kota yang terpenting dengan bantuan seluruh umat Israel sebelum suku-suku diberi tempat masing-masing untuk berdiam. Dengan demikian, perkemahan di Gilgal itu merupakan satu-satunya tempat kediaman orang Israel hingga selesainya penaklukan.
            Sesudah mukjizat yang terjadi di Yerikho, orang Israel merebut dan memusnahkan kota Ai, meski serangan pertama gagal karena dosa Akhan yang tidak taat kepada peraturan perang suci (Yos 7-8). Kota Betel, hanya beberapa kilometer disebelah barat Ai, juga direbut mereka (Yos 12:16; Hak 1:22-26). Kabar tentang kemenangan-kemenangan Israel tersebar dengan pesat dan penduduk Gibeon menjadi begitu takut hingga mereka menipu Yosua serta orang Israel untuk berdamai dengan mereka (Yos 9).
            Selanjutnya orang Israel berperang melawan suatu persekutuan kota-kota dan berhasil menaklukan enam kota di Kanaan selatan, yakni Makeda, Libna, Lakhis, Eglon, Hebron, dan Debir (Yos 10). Dengan kemenangan itu, Yosua sudah menguasai daerah yang luas dibagian selatan tanah perjanjian, karena dua kota lagi didaerah itu, Horma dan Arad sudah ditaklukan sebelum orang Israel memulai perjalanan mereka mengelilingi Edom dan Moab (Lih Bil 21: 1-3; Hak 1:16-17).
            Akhirnya orang Israel mendapat kemenangan diwilayah utara juga dengan menaklukan Hazor, disebelah utara Danau Galilea, yang mengakibatkan kehancuran persekutuan raja-raja yang dipimpin Yabin, Raja Hazor (Yos 11).
            Demikianlah jalannya pendudukan Kanaan menurut laporan Alkitab. Dalam Yosua 12 dinyatakan bahwa orang-orang Israel telah mengalahkan raja-raja negeri itu sebanyak 31 orang. Namun demikian, mereka tidak selalu berhasil. Dari Yos 13:1-7 ternyata ada banyak daerah di Kanaan yang belum diduduki sampai waktu tanah itu dibagikan kepada suku-suku Israel. Lagi pula dalam Hak 1:27-33 diakui dengan lebih tegas bahwa beberapa suku gagal dalam usaha mengeluarkan penduduk asli dari daerah mereka, malahan mereka menetap saja diantara penduduk asli itu. Hal itu mengakibatkan penyembahan berhala dan campuran agama (sinkretisme) yang merajalela pada zaman para hakim.[12]
            Kanaan dipandang sebagai suatu negeri, satu “milik pusaka” pemberian Tuhan (bnd Yos 14:1; 18:20; 19:51). Termasuk didalamnya daerah yang luas dan kota-kota yang belum direbut (Yos 13:2-7).
            Israel dipandang sebagai satu umat yang bersatu padu. Milik pusaka yang dibagi-bagi kepada tiap-tiap suku itu memang penting. Namun, bukan kepentingan suku-suku itu yang paling utama, melainkan pembagian tanah kepada suku-suku sebagai anggota satu umat itulah yang mendapat tekanan utama (Yos 13:14; 18:10 dst).
            Satu keputusan yang penting itu niscaya terjadi pada satu waktu. Yosua sudah tua, sebentar lagi ia akan meninggal dunia, maka pembagian itu harus dikerjakan dengan segera. Negeri yang belum diduduki (Yos 13:1-7), negeri disebelah timur Yordan yang sebenarnya sudah dibagi-bagikan oleh Musa (Yos 13:8-33), negeri milik pusaka suku-suku Yusuf, Efraim dan Manasye (Yos 11-17) dan suku-suku lainnya disebelah barat Yordan (Yos 18-19), semuanya harus dibagi-bagi secepat mungkin (Yos 18:3). Seakan-akan, apa yang tidak dibagi-bagi selagi Yosua hidup, tidak akan menjadi milik yang sah untuk seterusnya.[13]
E.    KANAAN, TANAH MILIK YANG PERMAI
            Allah kita kenal pada jalan Israel, sebuah jalan mencari, lalu menemukan, dan kerap kali harus kehilangan lagi; sebuah perjuangan yang didalamnya Allah Israel selalu lebih memperkenalkan sifat-Nya. Dalam Iman, Israel sangat ditekankan keesaan Allah. Allah ini adalah satu-satunya dan Ia adalah unik.[14]
            Dalam pemahaman Israel mengenai diri mereka sebagai umat perjanjian Allah, tidak ada yang lebih utama daripada negeri yang dijanjikan. Allah sudah menjanjikan sebuah negeri kepada Abraham, kendaripun itu tidak menjadi milik keluarganya selama hampir empat abad (Kej. 15:13-21). Penyerahan ne     geri tersebut ke tangan Israel menjadi pusat perhatian Kitab Yosua. Sejak itu untuk selama-lamanya negeri tersebut dipandang dalam sejarah dan sastra Israel sebagai bukti bahwa Allah sudah memilih mereka sebagai umat perjanjian-Nya dan melimpahkan kebaikan-Nya atas mereka. pada waktu pelanggaran-pelanggaran Israel kepada Tuhab harus di hukum, maka hukuman terburuk yang dapat disampaikan oleh para nabi adalah ancaman pembuangan dari negeri itu. demikian pula harapan akan pemulihan dan kendatipun di masa depan telah ditetapkan dalam janji bahwa TUHAN akan mengumpulkan Israel kembali ke negeri yang dijanjikan itu.[15]
Tuhan memberikan hak tinggal dan hak pakai tanah kepada umat-Nya, tetapi Ia tetap Pemiliknya, yang mengaruniakan berkat keamanan dan kesuburan.
            Orang Israel sadar bahwa walaupun dialah yang menabur, menanam, dan menyiangi, tetapi tetap Tuhanlah yang memberikan pertumbuhan. Sama seperti hari ketujuh dikuduskan bagi Tuhan, demikian juga pada tahun yang ketujuh ladang jangan dibajak dan ditabur atau buah kebun dipetik “supaya orang miskin dari antara bangsamu mendapat bagian” (Kel 23:10-11). Dari tujuan itu dapat disimpulkan bahwa setiap tahun, petani membiarkan sepertujuh tanah dan kebunnya beristirahat.
            Bukan hanya tanah yang harus dibebaskan setelah dipakai 6 tahun lamanya, manusia yang pernah jatuh kedalam kemiskinan dan menjual diri/anggota keluarganya pun dibebaskan (Kel 21:2). Kesejajaran antara pembebasan tanah dan manusia ditingkakan lagi dalam tahun Yobel. Setelah 7 kali 7 tahun (pada tahun ke-49 atau ke-50), tanah yang terpaksa dijual oleh keluarga miskin itu dikembalikan kepada pemilik pertama atau kepada anaknya. Dengan kata lain, orang Israel tidak dapat menjual tanah, tetapi hanya menggadaikannya sampai pada tahun Yobel yang berikut. Demikian juga harganya ditentukan menurut jumlah tahun yang masih ada sebelum tahun Yobel itu (Im 28:8-17).
            Tuhan yang mengaruniakan tanah juga memberikan “aturan pakai” sedemikian rupa sehingga tidak ada keluarga kaya yang makin kaya dan keluarga miskin yang makin miskin. Sesudah 50 tahun, keluarga yang paling malang pun dapat mulai baru dengan modal tanahnya. Itu sebabnya para nabi menegur setajam-tajamnya orang kaya yang menyita tanah. Penindasan atas orang miskin dengan menyita tanah garapannya menyebabkan seluruh negeri itu lepas dari tangan Israel.
            Janji Tuhan merupakan tema yang merangkai cerita-cerita leluhur. Di samping tanah, janji keturunan (Kej 15:1-6; 17:5,16; 18:10, 14; 22:17; 26:4; 28:14) dan janji berkat (Kej 12:2-3; 18:18; 26:4; 28:14; bnd Kel13:32) memainkan peran yang penting. Melebihi tanah, keturunan, dan berkat, Allah menjanjikan diri-Nya dan kehadiran-Nya. Namun, tidak dapat disangkal bahwa janji akan tanahlah yang paling menonjol.

F.    NEGERI TEMPAT PEMBINAAN UMAT
            Ditanah Kanaan umat hendak mengingat bimbingan Tuhan dengan beribadah kepada-Nya. Ia boleh menggunakan unsur budaya setempat asalkan ia tidak mengikuti dewa-dewi negeri dewa-dewi itu. Ia pun belajar menghayati persekutuan sebagai saudara yang saling menolong.
            Di Kanaan Israel diberikan kesempatan untuk bertambah dewasa. Ketika Tuhan membebaskan sekelompok pekerja rodi dari Mesir, Ia mengangkat mereka menjadi anak-Nya. Ketika Ia mengikrarkan perjanjian, ia mengangkat Israel menjadi umat-Nya dan Ia menjadi Allah mereka. Di padang gurun dan pada pemberian tanah, Tuhan terus-menerus bertindak dengan kuasa untuk menyelamatkan Israel dari maut.
            Setelah suku-suku Israel berakar di Kanaan, mereka menerima berkat ilahi mereka menabur dan Tuhan memberikan pertumbuhan hingga penuaian. Mereka menanan pohon dan Tuhan memberikan buah. Ia pun memberkati rumah tangga mereka dengan putra-putri dan kandang dengan anak-anak hewan.
            Dalam situasi yang baik itu, umat Israel hendak mengingat dan merenungkan, baik tindakan penyelamatan Tuhan dimasa lampau, baik berkat-Nya yang sedang dinikmati sehingga mereka mengucap syukur dan memelihara Taurat yang Tuhan berikan sebagai petunjuk hidup. Yang paling berbahaya dalam situasi ini adalah melupakan Tuhan yang memerdekakan umat-Nya dan memberikan perintah-perintah-Nya, serta akhirnya mengikuti ilah-ilah lain.
            Israel telah memutuskan dan berikrar bahwa “kami akan beribadah kepada TUHAN”. Keputusan ini diambilnya dengan sukarela dengan kesadaran penuh. Pemberian tanah Kanaan di pakai TUHAN sebagai alat yang dengannya Ia membina Israel untuk beribadah kepada-Nya. Di dalam hal beribadah ini terkandung rahasia kebahagiaan, inti segala berkat yang hendak dilimpahkan kepada umat-Nya – berkat berupa keamanan terhadap berbagai-bagai ancaman dan bahaya dari luar, rezeki yang cukup dan damai sentosa untuk berkembang biak sesuai dengan janji TUHAN.[16]


KESIMPULAN
            Pemahaman Israel mengenai diri mereka sebagai umat perjanjian Allah, tidak ada yang lebih utama daripada negeri yang dijanjikan. Allah sudah menjanjikan sebuah negeri kepada Abraham. Penyerahan negeri tersebut ke tangan Israel menjadi pusat perhatian kitab Yosua. sejak itu untuk selama-lamanya negeri tersebut dipandang dalam sejarah dan sastra Israelsebagai bukti bahwa Allah sudah memilih mereka sebagai umat perjanjian-Nya dan melimpahkan kebaikan-Nya atas mereka.
            Peristiwa yang terpenting selama masa ini ialah pendudukan Kanaan oleh bangsa Israel, yang dipimpin Allah dengan perantaraan Yosua. Mereka menyeberangi Sungai Yordan untuk memasuki tanah yang dijanjikan Allah itu (Yos. 3-4), kemudian merebut Yerikho (Yos. 6) dan beberapa kota lainnya. Semuanya itu dimungkinkan bukan karena kekuatan atau kepandaian orang Israel sendiri, melainkan karena kuasa Allah sesuai dengan janji-Nya kepada Yosua (Yos. 1:9)
            Dalam perjalanan bangsa Israel memperlihatkan kekuasaan TUHAN yang tinggi dalam campur tangan sejarah dengan maksud untuk melaksanakan rencana-Nya dan menggenapi janji-Nya. Peristiwa Keluaran dan penaklukan menggambarkan demonstrasi akbar pertama dari kemahakuasaan Allah dalam sejarah Israel. Apa yang sudah dijanjikan-Nya pada seorang imigran yang mengadakan perjalanan ke Kanaan dan membina sebuah keluarga kecil, yang meninggalkan negeri itu sekitar dua generasi kemudian telah menjadi kenyataan.


ANALISA KRITIS
            Bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah mendapat kesempatan untuk memasuki tanah Kanaan. Ketika Allah mengadakan perjanjian, saat itu juga Allah berkenan menyertai mereka. Meski Allah sempat kecewa dengan angkatan yang pertama karena ketidakpercayaan mereka terhadap kuasa Allah, namun pada angkatan berikutnya, Allah berhehendak atas mereka bahkan berperang untuk mereka. Mengapa Allah tetap merealisasikan janji-Nya terhadap Bangsa Israel meskipun mereka seringkali jatuh-bangun dalam hal keteguhan iman percaya mereka?
            Janji Allah tidak sama dengan janji manusia yang hari ini berlaku namun esok bisa saja berubah. Allah terus menepati janji-Nya sejak awal bangsa ini keluar dari tanah Mesir sampai kepada tanah Kanaan yang berlimpah susu dan madu. Tantangan yang dihadapi bangsa Israel sejak perjalanan dipadang gurun, memberi harapan besar bagi Allah, akan perubahan sikap yang lebih baik dari angkatan yang pertama.
           


DAFTAR PUSTAKA
LembagaAlkitab Indonesia
Barth Christoph,dkk, Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPKGunung Mulia,    2010)
Bart. C, Teologi Perjanjian Lama II, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985) cet k II
BakerDavid L. Mari Mengenal PERJANJIAN LAMA, (Jakarta: BPK Gunung       Mulia, 2013)
Baker David L, John J Bimson, Mari Mengenal ARKEOLOGI ALKITAB,             (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)
CharpentieEtienne r, Bagaimana Membaca Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK       Gunung Mulia, 2009)
DyressWilliam A, Agar BumiBersukacita, (Jakarta: BPKGunung Mulia, 2004)
Hill Andrew E, John H Walton, Survey Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,            2008)
Lasor. W. S, dkk, PengantarPerjanjian Lama I, TauratdanSejarah, (Jakarta:      BPK GunungMulia, 1999)
Rowley H H, Ibadat Israel Kuno, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004)
VeldhuisHeri, Ku Tahu yang Kupercaya, (Jakarta: BPKGunung Mulia,2010)
Vriezen Th. C,Agama Israel Kuno, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006)


[1]W.S. Lasor, dkk, PengantarPerjanjian Lama I, TauratdanSejarah, (Jakarta: BPK GunungMulia, 1999) hh. 294-295
                [2] Th. C. Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006)h. 161
                [3] David L. Baker, Mari Mengenal PERJANJIAN LAMA,(Jakarta: BPK GunungMulia, 2013) h. 42
[4]Christoph Barth,dkk, Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPKGunung Mulia, 2010) h. 9
                [5] William A. Dyrness, Agar BumiBersukacita, (Jakarta: BPKGunung Mulia, 2004) h. 84.
                [6] Etienne Charpentier, Bagaimana Membaca Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) h. 19
                [7] Christoph Barth, dkk, Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPKGunung Mulia, 2010) h. 5
                [8]Christoph Barth, dkk, Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPKGunung Mulia, 2010) h. 7
                [9]Ibid, h. 15
                [10] David L Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,  2013), h. 58
                [11]  H H Rowley, Ibadat Israel Kuno, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), h. 45
                [12] David L Baker, John J Bimson, Mari Mengenal ARKEOLOGI ALKITAB, (Jakarta: BPKGunung Mulia 2011) hh. 107-108

[13]Christoph Barthldkk, Teologi Perjanjian Lama 2, (Jakarta: BPKGunung Mulia, 2010) h. 25
[14] Henri Veldhuis, Ku Tahu yang Kupercaya, (Jakarta: BPKGunung Mulia,2010) h. 88
                [15] Andrew E Hill, John H Walton, Survey Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2008) hh. 271-272
                [16] Dr. C. Bart, Teologi Perjanjian Lama II, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985) cet k II, hh. 43, 49

1 komentar: